"Rio.." panggil seseorang sambil memegang pundak Rio.
"Shilla, akhirnya....." kata Rio, tersenyum.
"Kamu kenapa? Kok capek banget?" tanya Shilla.
"Maaf Shilla, aku terlambat." kata Rio.
"Nggak papa kok. Aku juga baru datang. Tadi bantuin Mama dulu," kata nya.
'Syukurlah,' batin Rio.
"Oh iya, ini buat kamu." kata Shilla memberi sebuah tempat makan. Rio membuka tempat makan itu.
"Waaaaah.. Yummy! Ini buat kamu, Shilla." kata Rio memberi setangkai mawar itu.
"Wah, ini mawar ke 46 yang kamu kasih buat aku, Mario." kata Shilla. Rio hanya tersenyum. Mereka pun berjalan menuju tepi danau. Seperti biasa, mereka menaiki sebuah perahu dan mengobrol di tengah danau.
***
Keesokan harinya, Mama Rio memaksa Rio untuk check up ke dokter. Rio memang dari kecil punya penyakit thalasemia. Rio terus membantah ketika Mama memaksanya untuk ke dokter. Nggak ada yang tau jika Rio terkena thalasemia. Hanya Rio, Mama dan Tuhan yang tau.
"Nggak Ma! Rio nggak mau!" kata Rio.
"Rio, tapi........." omongan Mama terputus. Mereka mendengar suara ketukan pintu dari arah pintu depan. Mama membuka pintu rumah.
"Gabriel?!"
"Mamaaaaaaa" seseorang memeluk Gabriel. Rio mendekati kearah pintu.
"Rio!! Ya ampun, lo udah gede banget!" kata Gabriel.
Gabriel Stevent Damanik. Biasa dipanggil Gabriel atau Iel. Iel ini adalah kakaknya Rio. Dari umur 8 tahun, Rio dipisahkan dengan sang kakak. Karena, orangtua mereka bercerai. Rio ikut Mama dan Gabriel ikut Papa. Gabriel dan Papa tinggal di Swiss. Kini Gabriel datang ke Banten.
"Kak Iel ya?" tanya Rio. Gabriel mengangguk. Rio memeluk sang kakak. Sudah lama ia dipisahkan oleh sang kakak mungkin kurang lebih selama 10 tahun.
"Iel, kamu sama siapa kesini?" tanya Mama.
"Sendirilah, Ma. Masa Iel udah 19 tahun begini nggak bisa pergi sendiri. Gabriel mau tinggal sama Mama boleh kan?" tanya Gabriel.
"Lah terus Papa?" tanya Mama.
"Papa udah nikah sama wanita lain, Ma. Mereka sudah punya anak. Gabriel nggak tahan disana. Setiap hari, Gabriel selalu bertengkar dengan Ibu tiri Gabriel. Gabriel capek" tuturnya.
"Kak Iel, tidurnya disebelah kamar Rio aja yuk!" kata Rio.
"Boleh, Yo." kata Iel.
"Ma, Rio sama Kak Iel keatas dulu ya...." kata Rio menarik tangan sang kakak.
"Eh Rio kamu kan mau......" Mama hanya mendesah.
***
Hari demi hari Rio bersama Gabriel. Mereka saling bercerita tentang hidup mereka selama berpisah. Kadang suka jalan-jalan berdua, bercanda, membuat kue untuk sang Mama, membantu pekerjaan Mama, dan apa saja yang mereka bisa lakukan bersama. Tapi, ada satu hal yang Rio tidak ceritakan kepada Gabriel. Penyakitnya.
Hari ini, Rio berjanji akan bertemu Shilla ditaman. Hari ini, Rio memberi Shilla mawar ke 47nya. Semenjak mereka berdua mempunyai hubungan khusus, Rio memang berjanji akan selalu memberi bunga mawar kepada Shilla setiap kali mereka bertemu. Rio memang sangat mencinta bunga mawar. Bunga mawar, walaupun berduri, tetapi tetap indah.
"Rio, kamu dari mana aja? Udah beberapa hari ini nggak keliatan!" kata Shilla.
"Maaf, Shil, hehehe.." kata Rio senyam-senyum.
"Kamu kenapa? Kok kayaknya lagi seneng banget." kata Shilla, duduk dibawah pohon dan memandang bunga mawar dari Rio.
"Aku baru saja kedatangan kakak ku dari Swiss! Sejak papa dan mama bercerai, kami berpisah. Aku kangeeeeeen banget sama dia, Shil! Akhirnya, ia tinggal bersama aku." kata Rio.
"Iya? Wah, aku mau ketemu sama kakak mu dong!" kata Shilla, bersemangat.
"Nanti kalo kakakku ada waktu ya," kata Rio, tersenyum.
'Saat aku udah nggak ada, mungkin kamu akan ketemu sama kakakku.' batin Rio.
***
Sore pun tiba. Gabriel sedang berjalan-jalan dengan motor cagiva kepunyaan Rio. Ia baru saja membeli kaset musik. Tak sengaja, Gabriel mengenai genangan air. BYUUUUUURR!!
"Aaaaaaaaaaa!!" teriak seseorang. Gabriel agak kaget. Ia memberhentikan motornya dipinggir jalan dan membuka helm full-facenya. Seseorang wanita cantik sedang memegangi baju dan setangkai bunga mawar. Dari wajahnya, ia amat jengkel. Ia mendekati Gabriel.
"Dasar cowok kurang ajar!!!!! Baju gue basah sama kotor nih gara-gara elo! Liat bunga mawar dari pacar gue, layu juga gara-gara air bah yang lo cipratin ke gue!!" kata wanita itu.
"Ups! Sorry." kata Gabriel, tidak berdosa.
"Pokoknya lo harus gantiin mawar ke 47 gueeee!!!!" kata gadis itu lagi.
"Aduh, sorry ya. Gue banyak urusan dan nggak bisa ngurusin urusan NGGAK PENTING kayak beli bunga mawar ke 47 buat lo." kata Gabriel.
"POKOKNYA LO MUSTI BELIIIIIINNNNN!!!!!" teriak gadis itu ditelinga Gabriel.
"EEEEEE!! Lo kalo teriak jangan dikuping gue dong!" bentak Gabriel sambil menutup telinganya.
"Makanya gantiin sompreeeeet!" keluh gadis itu.
"Iye!" kata Gabriel. Lalu ia kembali menuju motornya. Lalu ia membalikan badannya.
"Eh, rumah lo dimana?" tanya Gabriel.
"Puncak turun dikit!" balas Shilla.
"Ha?"
"Nggak deng canda..."
"Nggak lucu,"
"Jl. Merpati kav. 29," jawab Shilla lalu pergi. Gabriel hanya geleng-geleng kepala. Ia pun menuju motornya dan menstrater motornya.
"Let's go home!" gumamnya.
***
Mama Rio menangis sejadi-jadinya ketika dikabarkan oleh Dokter bahwa umur Rio tidak akan lama lagi. Rio yang mendengar dari tirai samping hanya bisa pasrah. Mungkin tinggal beberapa bulan lagi ia memberi bunga mawar untuk Shilla dan bersama-sama sang kakak.
'Tuhan, jika aku memang harus meninggalkan semua, aku akan tinggalkan dengan ikhlas. Jaga Mama, Kak Iel dan orang yang paling aku cintai, Shilla.' batin Rio.
Rio membuka tirai putih itu. Ia hanya tersenyum sendu. Mama yang masih menangis berusaha untuk menghapus air matanya. Rio berusaha tersenyum dan mencoba untuk menerima segala keadaan. Dia harus tegar dan bisa menerima takdirnya. Rio memeluk Mama nya.
"Rio, andai penyakit itu bisa berpindah ke Mama, Mama akan menanggung semuanya, Rio. Mama nggak mau kamu pergi. Mama sayang sama Rio. Mama sedih kehilangan Rio." isak Mama. Rio melepas pelukannya.
"Rio nggak akan pergi, Ma. Rio selalu dihati Mama," kata Rio.
***
Sejak Rio divonis hidupnya tidak akan lama lagi, Rio jarang bertemu Shilla. Memberi bunga mawar pun tidak. Kini, Gabriel ke rumah Shilla. Mengganti mawar ke 47 Shilla. Ia menekan bel dan mengetuk pintu. Shilla membuka pintunya.
"Eh lo!" kata Shilla.
"Nih," kata Gabriel memberi setangkai mawar.
"Thanks," jawab Shilla.
Mereka diam saling bertatap muka. Entah kenapa perasaan Gabriel tidak seperti biasanya. Tidak seperti awal mereka bertemu. Begitu pula dengan Shilla. Jantungnya berdetak lebih cepat. Seperti apa yang ia rasakan saat bersama Rio.
"Ngapain lo masih disini?" tanya Shilla membuyarkan lamunan Gabriel.
"Lo ngusir?" tanya Gabriel.
"Eh... Ngg... Nggak sih. Emang lo mau ngapain lagi?" tanya Shilla.
'Iya ya, ngapain gue disini.' batin Gabriel.
"Ya udah gue cabut," kata Gabriel menghampiri motornya. Ia tidak memakai helm dan segera menstrater motornya. Ia segera ingin melaju.
"HEY NAMA LO SIAPA??" teriak Shilla.
"GABRIEEEEL!" balas Gabriel. Ia sudah hampir ingin meninggalkan rumah itu.
"Gue Ashilla. SHILLAAAA!" kata Shilla. Tapi, Gabriel sudah melaju meninggalkan rumah Shilla.
'Shilla? Namanya cantik kayak orangnya..' kata Gabriel dalam hati, tersenyum.
"Eh dodol! Ngapain gue kasih tau nama gue?!" kata Shilla menepok jidatnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk masuk kedalam rumah dan merawat mawar-mawarnya.
***
Rio berjalan-jalan keliling taman sambil mendengarkan iPod nya.
Semoga dirimu disana
Kan baik-baik saja
Untuk selamanya
Disini aku kan selalu
Rindukan Dirimu
....
Rio berhenti bernyanyi. Ia melihat seseorang yang sangaaaaat ia kenal. Ah! Itu kak Iel dan Shilla. Mereka sudah saling kenal?
"Inget, Rio! Umur lo nggak akan lama lagi. Lo bakal kehilangan mereka." kata Rio. Rio memperhatikan dengan jeli kedekatan mereka.
"Ah! Kenapa mereka nggak gue jodohin aja?!" ide Rio.
***
Akhir-akhir ini, memang Shilla dan Gabriel sering bertemu. Entah kenapa. Awalnya, memang suka bertengkar. Tapi, mereka lama-lama akrab karena banyak kesamaan antara mereka.
"Eh lo tau lagu ini nggak?" tanya Gabriel memberi headsetnya pada Shilla. Shilla mendengarkannya sebentar.
"Oh! Lagu Paramore! Eh lo suka Paramore??" tanya Shilla.
"Banget, Shil. Lagunya enak aja gitu. Nge rock bikin semangat," kata Gabriel.
"Beuh, sama bangeeeeeet! Lo suka lagu yang mana?" tanya Shilla.
"Pressure!" kata mereka berdua secara berbarengan. Mereka langsung terdiam.
***
Akhirnyaaaaa, Rio bertemu lagi dengan Shilla. Seperti biasa, di taman. Rio membawa bunga mawar ke 48 untuk Shilla.
"Shilla, maaf baru bisa bertemu." kata Rio tersenyum.
"Kamu kemana aja Rio? Aku kangen sama kamu," kata Shilla memeluk Rio.
"Aku kan pengacara. Pengangguran banyak acara. Hehehe..." kata Rio.
"Ah kamu!" kata Shilla memukul pelan lengan Rio.
"Shilla, mau nggak aku kenalin sama kakakku?" tanya Rio.
"MAUUUUUUUU!!" kata Shilla dengan semangat.
"Satu bulan lagi dirumahku jam 07.00 malam!" kata Rio.
"Yah, Rio.. Lama bangeeeeeet!" keluh Shilla.
"Sabar dong cantiiik," kata Rio mencubit pipi Shilla.
"Ih gombaaal."
'Gombal terakhir gue buat lo, Shilla. Dan satu bulan lagi, lo akan tau semuanya.' batin Rio.
"Rio? Kok kamu diem? Oiya, kamu pucat banget. Kamu kenapa?" tanya Shilla.
"Aku nggak papa." kata Rio yang mulai memucat. Ia baru sadar, seharusnya hari ini ia transfusi darah.
"Nggak. Kamu sakit?" tanya Shilla.
"Nggak, Shilla. Maaf, aku musti pergi. Bye! I love you..." kata Rio berlari menuju rumah sakit.
***
Satu bulan kemudian...
18.00 WIB
Rio tak tahan lagi dengan semua penyakitnya. Mama selalu tidak mengizinkan Gabriel untuk masuk kekamar Rio. Kali ini, Rio meminta sang kakak masuk kedalam kamarnya. Gabriel sangat terkejut apa yang adiknya derita selama ini.
"Ri.. Rio.."
"Kak Iel. Sekarang kakak tau kan apa yang terjadi sama Rio?" kata Rio, tersenyum. Ia sangat lemas dan hanya bisa berbaring ditempat tidur. Tak terasa air mata membasahi pipi Gabriel.
"Lo kenapa nggak pernah ngomong sama gue lo sakitttttt?!" Gabriel sangat sedih, kecewa, marah. Tapi, ia sangat tidak bisa mengatakannya. Ia menangis. Ia nggak mau kehilangan adiknya untuk kedua kalinya, bahkan selamanya.
"Maaf, Kak. Rio nggak mau buat kakak sedih. Rio nggak mau." kata Rio. Gabriel terdiam. Ia menyesal tidak pernah tau apa yang terjadi selama ini.
'Tuhan, kenapa kau beri cobaan kepada adik ku ini? Aku sangat menyayanginya, Tuhan.' batin Gabriel.
"Kak Iel, Rio boleh minta satu permintaan?" tanya Rio.
"Apa Rio? Katakan!" kata Gabriel yang tidak mau menyia-nyiakan adiknya.
"Tolong kerumah yang beralamat Jalan Merpati kav. 29. Jemput dia kesini. Aku mau bertemu sama dia. Tolong jaga dia, aku harap kalian bersatu demi aku. Beri dia mawar ke 50 untuknya." kata Rio. Gabriel seperti sangat familiar dengan alamat itu. Ia mengangguk dan lekas pergi.
***
Gabriel sampai kerumah yang beralamat Jalan Merpati kav. 29. Gabriel sangat familiar dengan rumah ini. Ia megetuk pintu rumah itu.
"Gabriel?"
"Shilla? Ngapain lo disini?" tanya Gabriel.
"Lah ini mah rumah gue! Lo ngapain kesini?" tanya Shilla.
"Gue? Oh pantes familiar sama rumah ini. Oiya, lo mau gue ajak kerumah gue. Adek gue manggil lo." kata Gabriel.
"Adek lo? Siapa adek lo?" tanya Shilla.
"Rio."
"Rio? Jangan bilang lo kakaknya.............Rio?!"
"Emang gue kakaknya."
"Hah?!"
***
Shilla baru menyadari. Pantas saja muka Rio dan muka Gabriel hampir mirip. Memang adik - kakak ternyata! Dan Shilla baru mengetahui semua tentang keluarga Rio. Tapi, satu yang Shilla tidak tahu. Penyakit Rio.
Rumah Rio
19.00 WIB
Shilla baru menyadari, bahwa hari ini tepat sebulan setelah Rio dan Shilla bertemu di taman. Dan memang jam 19.00 mereka sudah harus bertemu. Shilla menangis sejadi-jadinya saat melihat Rio dalam kondisi tidak seperti dulu. Mama Rio juga sudah menangis. Rio sudah tak sadarkan diri. Hanya secarik kertas dan setangkai bunga yang ada dipelukan Rio.
"RIIIIIIIOOOOOOOOOOO!!!!!!" Shilla berteriak dan menangis. Shilla berusaha agar Rio sadar. Tapi, itu tak mungkin terjadi. Takdir berkata lain. Rio harus pergi selama-lamanya tanpa bertemu Shilla sebelumnya. Gabriel menangis. Ia sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Hanya penyesalan. Ia terlalu lama menjemput Shilla sampai akhirnya ia dan Shilla tidak bisa melihat Rio untuk terakhir kalinya.
"Rio, kenapa kamu tega sama akuuuuuuuuu?!!! Aku sudah tau siapa kakak kamu! Kamu janji kan kenalin aku sama kakak kamu? Aku udah kenal, Rio! Ayo kita main bersama-sama!! RIOOOO SADAAAAAARLAH!" kata Shilla. Ia mengambil setangkai mawar dan surat itu.
Untuk Shilla, orang yang sangat aku cintai...
Ashilla Zahrantiara
Namamu indah bagaikan pelangi
Buatku, kamu bidadari
Bidadari terindah yang Tuhan beri ke aku
Shilla, mungkin saat kamu membaca surat ini aku sudah tiada. Aku pergi ke Surga. Aku akan bahagia disana Shilla. Suatu saat nanti, aku akan bertemu kamu di Surga. Maaf, aku nggak bisa terus bersama kamu, Shilla. Aku selalu ada dihatimu.
Ashilla, pergilah bersama kakakku. Kak Gabriel. Kamu pasti bahagia bersama dia. Aku yakin. Sangat yakin. Ku harap, Kak Gabriel akan terus menjagamu. Aku yakin, Kak Gabriel menyayangi mu seperti aku menyayangimu juga.
Shilla, ini jalan terbaik. Aku harus pergi. Dan ini mawar ke 49 untuk kamu. Terima kasih atas kebahagian yang kamu selalu beri untuk aku. Still wait you and still love you..
With love,
Mario
Shilla memandang mawar ke 49 dari Rio. Gabriel mendekatinya.
"Ini mawar ke 50 buat lo. Rio yang nyuruh gue. Dan gue janji bakal jagain lo. Sampai kapanpun. Karena gue sayang sama lo, Shilla..." kata Gabriel.
'Aku sayang Rio. Aku sayang Gabriel. Aku akan menuruti semua maumu, Mario. Still wait you and still love you.'
***
nah jadi lah cerpen burukku ini :( no comment
WRITTEN BY : YUNUS DELANO TRI ANGGADA

0 Response to "Mawar untuk Shilla"